Minimnya Literasi Media Permudah Penyebaran Hoaks

Minimnya Literasi Media Permudah Penyebaran Hoaks
Minimnya Literasi Media Permudah Penyebaran Hoaks.(Ilustrasi: Pexels.com)

MAJALAH ISMA, Cianjur - Literasi media menjadi krisis tersendiri di kalangan masyarakat Cianjur. Tidak sedikit kabar hoaks atau palsu bermunculan akibat minimnya literasi media ditengah disrupsi teknologi saat ini.

Pegiat Literasi Cianjur, Dina Nurahma mengatakan, literasi media menjadi salah satu prioritas yang ditangani oleh Duta Baca Jawa Barat dan pegiat literasi lainnya.

"Literasi media itu belajar membedakan berita yang valid mana berita yang hoax. Mungkin ini salah satu topik yang kami prioritaskan," jelas dia ditemui kepada wartawan, Kamis (14/10/2021).

Duta Baca Jawa Barat 2020 ini menjelaskan, kebiasaan masyarakat saat ini adalah tidak melihat sumber informasi dan hanya membaca judul berita ketimbang isinya.

"Seharusnya pun masayrakat perlu tahu media mana saja yang memberikan pemberitaan yang valid. Tapi, saat ini masyarakat pun banyak baca yang bodong atau abal-abal," ucap dia.

Mahasiswa Universitas Suryakancana (Unsur) Cianjur ini menjelaskan, hal yang paling disayangkan adalah masyarakat yang hanya membaca sebaran di aplikasi perpesanan tanpa mendalaminya.

"Dan, karena literasi medianya rendah masyarakat pun langsung percaya," ungkap dia.

Ada sejumlah hal yang perlu dipahami masyarakat agar tidak terjebak dengan berita hoaks atau palsu. Pertama, mengetahui sumbe berita terpercaya. Ia menyebut, sumber terpercaya tidak akan sembarang memberitakan sesuatu.

"Kedua, itu siapa penulisnya. Kalau di website media mainstream pasti tertulis siapa penulisnya, harus jelas karena kalau kita melihat kutipan tanpa redaksi itu bisa dikatakan sumber yang patut dipertanyakan," ujar dia.

Terakhir, masyarakat perlu memastikan keaslian berita. Salah satu caranya adalah membuat perbandingan ketika mendapatkan suatu informasi antara satu media dengan media lainnya.

"Menurut penelitian yang saya baca itu dari faktor usia dan teknologi sangat berkaitan, biasanya anak muda lebih skeptis dibandingkan orang tua," ungkap Dina.

Dina menjelaskan, penyumbang dan penyebar hoaks biasanya adalah generasi baby boomers. Generasi baby boomer adalah generasi yang lahir pada tahun 1946 hingga tahun 1964.

"Biasanya generasi baby boomers banyak terjadi sebaran hoax, karena mereka pertama megang teknologi dan kurang skeptis. Sifat skeptis milenial yang membentengi dalam menyebarkan hoaks. Kadang baby boomers tidak menyaringnya tapi langsung menyebarkan," tutup dia.(afs)

                                   

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama