Berpikir Sebelum Berbicara; Bagaimana Perkataanmu Menunjukkan Kualitas Dirimu

Berpikir Sebelum Berbicara; Bagaimana Perkataanmu Menunjukkan Siapa Dirimu
Berpikir Sebelum Berbicara; Bagaimana Perkataanmu Menunjukkan Siapa Dirimu (Ilustrasi: Pexels.com)

Kemampuan berkomunikasi verbal merupakan atribut penting yang sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari sehingga kita bisa langsung mengungkapkan apa yang terpikirkan tanpa harus menyusun dahulu kata-kata yang ingin diucapkan. Hal ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kita tentu akan kesulitan jika harus berpikir beberapa saat sebelum berteriak "lari!" ketika harus memberikan peringatan kepada seseorang agar ia segera menyelamatkan diri. Komunikasi akan terhambat jika kita tidak bisa langsung merespons teman bicara saat bercakap-cakap dengannya.

Di sisi lain, kemampuan ini sering menimbulkan masalah apabila kita langsung mengucapkan kata-kata yang tidak bermanfaat atau seharusnya disampaikan dengan cara yang lebih bijaksana. Banyak orang pernah mengalami kejadian seperti ini, terutama jika kita memberikan respons saat mengalami stres, melakukan konfrontasi, atau kapan saja. Kiatnya adalah selalu waspada apabila kita sedang menghadapi kondisi tersebut sebab ucapan kita tidak selalu sesuai dengan apa yang kita inginkan. Mengatasi masalah ini tidak terlalu rumit, tetapi kita perlu mengubah perilaku. Berikut saya sajikan tips & trik supaya kita bisa mengontrol diri saat berkomunikasi dengan berpikir terlebih dahulu,

1.      Lakukan introspeksi.

Amati dalam kondisi seperti apa kita mengucapkan kata-kata yang akhirnya kita sesali. Apakah hal ini sering terjadi ketika kita berinteraksi dengan orang tertentu, kelompok tertentu, atau semua orang? Bertengkar atau berdebat? Harus memberikan informasi secara spontan? Temukan polanya dengan menulis jurnal untuk mencatat kejadian sehari-hari sebagai bahan evaluasi.

2.      Kenali pola perilaku diri.

Setelah menentukan situasi yang paling sering memicu dampak negatif, waspadalah ketika situasi yang sama terjadi lagi. Semakin baik kemampuan kita menyadari hal ini, semakin mudah kita mengubah perilaku. 

3.      Lakukan observasi saat berkomunikasi.

Setelah menyadari bahwa kita mengalami masalah dalam berperilaku, berusahalah mengatasinya dengan menyimak informasi. Sering kali, kita memberikan respons yang tidak sepantasnya karena belum memahami dengan baik apa yang orang lain katakan. Inilah saat yang tepat untuk mengendalikan keinginan berbicara dan mengamati hal-hal yang sedang terjadi di sekeliling kita. Alih-alih sibuk memikirkan kata-kata yang ingin diucapkan, belajarlah mendengar secara aktif agar pikiran kita terfokus untuk memproses informasi yang sedang disampaikan.

4.      Observasilah teman bicara.

Tanyakan kepada diri sendiri: siapa yang sedang berbicara dan bagaimana ia berkomunikasi? Ada orang yang sangat literal dan ada yang menyampaikan informasi dengan fakta pendukung. Banyak orang yang sering menggunakan ekspresi wajah dan bahasa tubuh untuk memberikan penegasan, tetapi ada juga yang lebih suka menyampaikan teori yang rumit. Cara seseorang menyerap informasi bisa tercermin dari perilakunya saat ia menyampaikan informasi.

5.      Siapkan dahulu respons yang akan kita berikan.

Sebelum merespons, pertimbangkan berbagai cara, jangan hanya satu. Ada berbagai cara untuk mengungkapkan sesuatu dan yang kita butuhkan adalah menyampaikan subjek pembicaraan yang berdampak positif. Komunikasi pada dasarnya sangat tergantung pada pendengar. Oleh sebab itu, kita harus berkomunikasi sesuai kepentingan pendengar.

6.      Pertimbangkan beberapa kriteria sebelum menyampaikan informasi.

Apakah kita akan memberikan informasi yang efektif, bermanfaat, akurat, tepat waktu, dan layak disampaikan (“ENATA” singkatan dari Effective, Necessary, Accurate, Timely, Appropriate)? Apabila kita merespons sekadar menanggapi orang yang berbicara, mungkin komunikasi yang kita lakukan tidak memenuhi kriteria “ENATA”. Jadi, jangan bersikap reaktif dan teruslah menyimak supaya ucapan Anda bermanfaat, alih-alih sekadar menimbulkan kegaduhan. 

7.      Pikirkan dahulu reaksi pendengar.

Apakah informasi yang ingin disampaikan sudah dirumuskan sedemikian rupa sehingga berdampak positif? Komunikasi akan gagal jika dilakukan dalam suasana yang negatif. Untuk mencegahnya, pikirkan dahulu seperti apa reaksi pendengar sebelum berbicara sebab kita berharap ia memahami ucapan kita, bukannya teralihkan. Ingatlah bahwa sekali saja pendengar bereaksi negatif, komunikasi akan berantakan.

8.      Kendalikan intonasi suara.

Cara berbicara sama pentingnya dengan kata-kata yang kita ucapkan. Intonasi suara bisa mengungkapkan antusiasme dan ketulusan atau penolakan dan sarkasme. Akan tetapi, apa yang disampaikan bisa disalahpahami. Alasan utamanya adalah karena intonasi suara, kata-kata, bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan informasi yang disampaikan belum dipertimbangkan masak-masak sehingga cara kita berkomunikasi bukanlah cara yang paling efektif bagi pendengar.

9.      Berkomunikasilah sesuai kriteria “ENATA”.

Sekarang, kita sudah tahu apa yang harus disampaikan, mengapa harus memenuhi kriteria “ENATA”, cara berbicara, dan mampu mengantisipasi reaksi pendengar. Tunggulah saat yang tepat untuk berbicara, yaitu setelah teman bicara selesai berbicara. Jangan menyela percakapan meskipun interupsi terkadang diperlukan.

10.  Lakukan observasi sekali lagi.

Selama berbicara, pikirkan baik-baik apa yang akan kita ucapkan dan perhatikan setiap reaksi yang muncul. Setelah percakapan berakhir, ingat lagi prosesnya secara menyeluruh lalu lakukan evaluasi untuk menentukan hal-hal yang mampu kita lakukan dengan cara berbeda dan apa sebabnya. Ini adalah proses yang berkesinambungan. Seiring waktu, kemampuan kita akan semakin berkembang dan meningkat sehingga kita mampu menjadi komunikator yang lebih baik dan teman bicara lebih siap menerima respons kita.


Penulis: Neng Adimah Aulia T. (XI Bahasa, MAN 1 Cianjur

                                                           

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama